Hidup Di Bawah Beauty Standard







"Mukamu sekarang kok jadi mirip Betty La Fea sih, jelek banget, Haha"


Betty, La Fea yang artinya Betty Jelek merupakan seorang karakter wanita di telenovela popular asal Columbia yang tayang pada tahun 2000-an awal. Ciri khas penampilannya yang memakai behel dan berkaca mata tebal memberikan kesan cewek "culun".  Meski begitu, Ia merupakan sosok gadis yang cerdas dan pekerja keras.

 

Kalimat dan tawa itu terlontar jelas dari seseorang yang sudah lama tak ditemuinya. Seperti biasa, Ia hanya ikut tertawa karena tidak ingin siapapun melihatnya sebagai pribadi yang lemah. Mungkin beberapa orang berpikir itu hal yang lucu dan sekadar candaan biasa, namun baginya yang sedang mencoba membangun kepercayaan diri, rasanya semuanya runtuh tak tersisa.

Menyebalkan, memang. Tapi begini, orang macam apa sih yang saat ini masih menjadikan fisik sebagai bahan bercanda? what a poor joke.

Ia menyadari bahwa dirinya memang culun dan tidak cantik good looking (berdasarkan standar kecantikan di masyarakat) seperti gadis-gadis remaja yang lainnya, namun saat ini Ia sedang mencoba untuk lebih menerima segala kelebihan dan kekurangan yang ada. Lagipula, ini bukan pertama kalinya seseorang menjadikan fisiknya sebagai bahan bercandaan, beberapa yang lainnya seperti

"Kamu bukannya makin tinggi kok malah makin lebar?"  
kata gurunya saat berpapasan di jalan.

"Ih gigimu kok ga beraturan gitu sih!" 
kata teman sekolahnya di tengah kerumunan.

"Kamu lebih cantik kalau kulitnya putih" 
kata seseorang saat melihat foto dirinya.

Serta berbagai pernyataan bodoh lainnya yang tidak berguna selain membuat orang merasa insecure

Well, tidak dipungkiri bahwa hal ini juga pasti dirasakan orang lain, bahkan oleh mereka yang sudah memiliki fisik "sempurna" sesuai standar masyarakat sekalipun, karena pada dasarnya semua manusia tidak pernah puas.

Hal ini menjadi makin menyedihkan ketika fisik menjadi alasan orang lain untuk dihargai atau tidak dihargai, mulai dari ranah pertemanan, percintaan, organisasi, hingga jabatan karier sekalipun. Padahal, semua orang tentu punya hak untuk dihargai, bukan?

Membahas soal beauty privilege memang ngga bakal ada habisnya, ujung-ujungnya orang akan semakin merasa bahwa dunia ini ngga adil dan jadi terus fokus ke penampilan (saja). Mau ngga mau, memang beginilah kenyataannya saat ini. Manusia memang suka dengan "keindahan".

Lalu, buat apa hidup kalau dunia cuma adil buat mereka yang good-looking? Ini beberapa reminder yang selalu aku ingat

Self-esteem. Value kita lebih dari sekadar penampilan fisik cantik atau ganteng, terlebih itu merupakan hal relatif. Kalaupun ngga menonjol secara fisik, kita bisa banget kok menonjolkan diri di hal yang lainnya, misalnya dengan menekuni minat bakat yang kita punya.

Be nice to everyone atau biasa kita kenal dengan inner-beauty. Punya hati dan attitude yang baik adalah kecantikan yang sesungguhnya. Cobalah untuk selalu menjadi pribadi yang hangat dan menyenangkan untuk orang lain.

Self-care. Tetap jadilah orang yang rapi, bersih, dan wangi. Tidak memiliki paras yang cantik sesuai standar masyarakat, bukan berarti jadi alasan untuk tidak merawat diri dengan baik, kan?

Blessing. Persoalan fisik memang ngga akan ada puasnya, tapi cobalah syukuri hal-hal pada diri yang mungkin selama ini hanya kita fokuskan sebagai sebuah kekurangan. Misalnya badan yang gemuk meskipun katanya ngga masuk beauty standart, tapi sering bikin orang happy buat peluk kamu, atau kulit yang gelap justru bisa lebih melindungi dari kita dari bahaya sinar matahari, dan lain sebagainya.

Kita mungkin tidak bisa menutup mulut semua orang dan memastikannya berhenti berucap jahat. Namun selama kita bisa terus menerima dan bersyukur dengan segala yang ada, bersiaplah merasakan kehidupan yang jauh lebih bahagia.

For everyone who read this now, you are such a pretty God's creation.


 

Komentar

Postingan Populer